"s"empurna
Kisah bertemunya Musa as dan khidzir as, bukanlah sekedar berjumpanya dua lelaki gagah yang pada akhirnya memutuskan pergi tamasya. Lebih dari itu,ini adalah pertemuan antara kecukupan akan pengetahuan dengan kesadaran akan langit-langit ilmu yang selalu memiliki tingkatan di atasnya.
Sekali lagi melalui kisah Ibrohim,kita juga belajar bagaimana bapak para Nabi ini harus rela simbol kesempurnaannya sebagai seorang lelaki - Sarah istrinya nan elok dan Ismail buah hatinya yang soleh - atas perintah Tuhannya "dikorbankan" agar cinta kepada keduanya tidak sesak memenuhi ruang hati manusia pilihan ini.
Pertemuan antara rasa cukup akan "kesempurnaan" dan kesadaran diri akan kelemahan-kelemahan adalah momen yang tidak semuanya bisa mengatasi rasa sakit yang ditimbulkan.
Rasa sakit yang sama dirasakan Iblis saat harus mendapati dirinya sebagai makhluk superior harus bersujud kepada penghuni baru surga bernama Adam as.
Dan kita tahu bahwa kemudian Iblis membangkang hingga akhirnya ia dideportasi dari Nirwana.
Tidak mudah, karena ini adalah kegetiran serupa laksana rembulan yang berkaca dalam kejernihan telaga jiwa tetapi kemudian mendapati diri sejatinya pungguk semata.
Dan atas nama harga diri,harkat,martabat,kehormatan serta seabreg nilai-nilai diri, pembangkangan mendapatkan legitimasinya. " Ada batas yang sangat tipis antara penegasan jati diri dan keangkuhan..." demikian ucap seorang cendikia.
Namun rasa sakit dari kesadaran paradoksial ( kesempurnaan - kelemahan ) ini hanya bisa disembuhkan dengan obat bermerk : ketundukan, seperti kemuliaan Musa dan Ibrohim yang disebabkan karenanya.
Surabaya,penghujung tahun 2006