Saturday, December 16, 2006

Saat Langit Tak Selamanya Cerah

Pelajaran apa yang kemudian bisa dipetik dari kisah tersudutnya Musa AS di bibir laut merah selain sebuah kepasrahan penuh kepada-Nya, saat berada pada tapal batas kemanusiaan akan mengantarkan pertolongan-Nya betapa pun ia sulit dicerna akal;siapa yang menyangka laut merah itu akan terbelah?


Bukankah kemenangan perang badar direguk karena sebuah kepasrahan-setelah titik klimaks ikhtiar-yang tercermin dalam doa rasululloh;"Andaikan kami kalah dalam peperangan ini maka tidak ada lagi yang menyembah Engkau"?


Bukankah dinginnya api saat menyentuh kulit Ibrohim as,tergantikannya Ismail as dengan domba hingga menyelematkan ia dari prosesi penyembelihan oleh ayahnya,terselamatkannya yusuf as dari skenerio keji saudaranya,dan semua peristiwa hebat para nabi lainnya hadir pada momentum dimana tiada lagi potensi manusiawi mereka yang bisa digunakan untuk melawan "takdir"nya?

Dan kita menyebutnya kepasrahan.


ALLOH SWT berkuasa dan kita lemah, ALLOH SWT memiliki segalanya dan kita bergantung padanya,bukankah sebuah relasi aksiomatik yang hanya bisa memenuhi otak saat diri ini benar-benar (pernah) berada pada titik nadir kemanusiaan?


Kepasrahan hanya hadir pada jiwa-jiwa yang menanggalkan pakaian kesombongan serta simbol-simbol kebesaran,untuk kemudian hadir dalam kesadaran penuh bahwa lengan ini terlalu pendek untuk merangkul dunia.


Tetapi, ada kesadaran yang bisa muncul karena tertimpuk sebutir apel hingga lahir lah formulasi Newton, ada pula pengetahuan yang memuaskan pertanyaan Ibrohim as; "siapa Tuhanku?" dari sekedar mengamati matahari dan bulan.
Ataukah kesadaran yang tidak pernah siuman tentang diri ini betapa pun kita telah hadir dalam beberapa episode hidup kaya hikmah.


Akhirnya, saat mendung menggelayuti cakrawala jiwa, kepasrahan seperti apa pilihan kita; mendongak gagah seperti manusia dewasa ataukah berseduh sedan laksana bocah?


Jenak-jenak bangkit dari keterpurukan, 16 Desember'06

4 Comments:

At 1:27 AM, Anonymous Anonymous said...

nice posting :)
chayoo...

 
At 3:52 AM, Anonymous Anonymous said...

ah...siapa yang bisa menandingi pengorbanan musa as dan ismail as? betapa kecilnya saya

 
At 2:16 PM, Blogger Afin Yulia said...

aduh awan,postinganmu keyen, btw tak mungkin manusia normal menandingi mereka, apalagi yang dosanya banyak kayak aku

 
At 5:52 PM, Anonymous Anonymous said...

to : phie2t
terima kasih dah mampir


to :passya
gak ada sih, cuman kewajiban kita selalu belajar untuk bisa kan?

to : afin

waduh si embak, emang ada orang yg ngerasa suci ? rasululloh aja yg maksum nggak pernah merasa sok suci kok

 

Post a Comment

<< Home