Untuk Sebuah Nama

untukmu,
yang mengaku begitu mengagumiku
kutulis risalah ini
bukan untuk membuatmu mabuk tentang kerendah dirian
apalagi,
menambah daftar kesempurnaan
tapi,
sejatinya aku lelaki biasa yang penuh kelemahan
dalam arti sebenarnya
engkau hanya,
tidak pernah melihat;
di balik teriakan nyaring itu
aku pernah ketakutan begitu rupa
di balik senyum itu
aku pernah berseduh sedan bak bocah
dan teramat sering,
tak kau lihat aku jatuh
tertatih
meringis sakit,
kemudian tertunduk lesu
untukmu,
yang diam-diam
menyediakan ruang hati untuk namaku
bahwa,
apa yang nampak
tak seelok adanya
bukankah sang candra indah
karena ia terlihat dari bumi?
engkau tidak salah,
hanya tidak pernah bersua
dengan kedalaman dan sisi gelap jiwa
untukmu,
yang menawarkan dermaga
untuk kelana jiwaku
maafkan,
bukan karena kekuranganmu
aku menampik berlabuh
bahkan,
mungkin engkau teramat mulia untukku
tapi,
saat ini
aku hanya ingin sendiri
dan biarkan jiwaku,
mengembara
belajar tentang;
kebersahajaan bumi
ketundukan rerumputan
dan kehormatan bintang-bintang
sampai kapan?
entahlah
maka,
terbanglah
lepaskan segala pasungan jiwa
Dini hari di kota Cinta, Penghujung 1427 H