Tuesday, January 24, 2012

14 Desember



” Hi….” sapa sebuah id YM yang tidak aku kenal

” Maaf ini siapa ya?” tanyaku via YM

” Ini Ullie pak, tadi barusan kita rapat….” jawab id YM itu yang segera menuntaskan rasa penasaranku.

Diskusi kami pun berlanjut tentang keterlibatan kami dalam satu tim untuk membuat sistem informasi akutansi di tempat kerja kami.

Dan dalam rapat-rapat yang telah dilakukan, si Ullie selalu mendominasi, selain kompetensinya di bidang financial  accounting, dia juga paham tentang proses bisnis seluruh direktorat yang ada di kantor kami, hingga tidak sulit bagiku untuk kemudian mengagumi kecerdasan wanita ini, dan semua anggota tim sepakat denganku.

Sebulan setelah interaksi kami yang tidak jauh-jauh dari urusan pekerjaan, aku mengirimkan dia email.

” Maukah engkau berbelah nyawa denganku? dimana dengannya aku ingin menggenapkan agamaku, dan bersamamu aku ingin masuk ke dalam surga-Nya?” isi pesan emailku kepadanya.

” Datang aja ke rumah, bertemu dengan ibu - bapak-ku….” jawabnya via sms

Dan aku seperti para pecinta dalam dongeng-dongeng itu, mengumpulkan segala keberanian untuk menepati janjiku  datang ke rumah. Bergemuruh hatiku datang ke rumahnya, namun kehangatan keluarganya berhasil mengusir kecanggunganku.

” Engkau berhasil merebut hati ibuku…” ujarnya via sms malam setelah kunjunganku dan hatiku serasa dibawa malaikat naik ke langit tingkat tujuh kala itu

Setelahnya hati kami berbunga-bunga mempersiapkan hari yang agung bagi kehidupan kami : 14 Desember pernikahan kami.

Segala puji syukur bagi-Mu
telah Engkau pertemukan aku dengannya

setelah berpuluh-puluh purnama munajatku
ia dalam doa tanpa nama dan wajah

dan kini ia menjelma,
sosok yang dengannya aku (akan) berbelah nyawa

sepotong hati yang ingin kami bersama meraih surga
nama yang ingin selalu kutulis dengan cinta

Wanita luar biasa aku menyebutnya, bukan hanya tentang kecantikannya yang selalu membuatku merindukannya, bukan pula tentang kepandaiannya dalam diskusi-diskusi kami, lebih dari itu… semuanya karena ia mau menerima cinta lelaki biasa seperti diriku.

Wanita luar biasa aku menyebutnya, pendampingku yang menemani hari-hariku dengan cinta dan ketulusannya.

Wanita luar biasa aku memanggilnya, wanita karir yang kemudian mengabaikan tawaran untuk menjadi direktur keuangan dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga.

Wanita luar biasa aku menyebut istriku, seorang wanita yang kemudian membisikiku tidak hanya mau menemaniku hingga ujung waktuku, namun ingin juga bersama di surga, perkenankan doa kami, duhai Tuhan-ku…..

Sebelum Berminat Putus Asa, Bacalah Buku Ini !!



Mari kita bersama  berandai - andai. Jika anda seorang bocah laki - laki berusia empat belas tahun, memiliki 5 saudara yang semuanya perempuan dan engkau lah satu- satunya anak laki - laki di sebuah keluarga petani tembakau dan jagung yang sangat sederhana.

Apa yang anda lakukan? bila pada suatu masa, lingkungan dan negara anda mengalami bencana kelaparan luar biasa. Keadaan memaksa anda hanya bisa makan sekali dalam sehari dan anda akan sangat sering melihat orang mati karena busung lapar atau terjangkit kolera.

Cerita ini adalah sebuah kisah nyata dari buku "Bocah Penjinak Angin".  Pada akhir tahun 2001 - 2002 di Malawi, sebuah negara kecil di tenggara Afrika. Negara yang pada saat kondisi krisis pangan begitu akut, presidennya masih sempat melucu ketika ditanya wartawan, " Yang Mulia, rakyat di seluruh negeri banyak yang meninggal karena kelaparan, apa yang anda lakukan?", dan sang presiden hanya mendengus mendengar pertanyaan itu kemudian menjawab bahwa dia sendiri tumbuh di desa, tempat banyak orang meninggal karena TBC, kolera, malaria, atau diare tapi bukan karena kelaparan.  " Tidak ada orang mati karena kelaparan" kata pak Presiden.  

Sama lucunya saat di awal kepemimpinannya, sang presiden ditagih atas janji kampanyenya bahwa seluruh penduduk Malawi akan mendapatkan sepatu baru jika dia memenangkan pemilu, anda harus menahan diri untuk tidak sakit perut karena tertawa saat mengetahui jawaban sang presiden, " Rakyatku sekalian, apa aku kelihatan seperti orang gila? Bagaimana mungkin aku tahu ukuran sepatu setiap orang di Malawi? ....... "

Mungkin anda akan berseru, “ah... di negeri ini para pemimpinnya tidak kalah lucu kok. Presidennya suka mengeluh dan menciptakan lagu, wakil rakyatnya hobinya menghabiskan uang rakyat”. Ya.. ya.. aku tahu itu benar. tapi mari kita melanjutkan cerita tentang bocah di Malawi ini.

Nama bocah ini adalah William Kamkwamba, kita panggil saja Kwamba, seorang bocah yang karena krisis ekonomi dan pangan membuat ayahnya tidak mampu untuk membiayai sekolahya hingga lulus SMP. Kwamba menikmati belajar di SMP begitu singkat, dia putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran sekolah sebesar dua ribu kwacha ( mata uang di Malawi ) di semester pertama pendidikannya. 

Bagi Kwamba, putus sekolah adalah sebuah bencana, ia sudah membayangkan takdirnya jika tidak berpendidikan akan sama dengan ayahnya, menjadi petani miskin di sebuah desa terpencil. Namun ia tidak berputus asa, sekalipun tidak sekolah, di sela - sela kegiatan membantu ayahnya di ladang, ia menghabiskan banyak waktunya dengan membaca buku di perpustakaan kecil sekolah dasar Wimbe.

Sejak kecil, rasa ingin tahunya begitu besar tentang prinsip kerja alat - alat yang ada di sekitar, dan hampir seluruhnya terpuaskan saat ia membaca buku "Explaining Physic" dan " Integrated Science" di perpustakaan itu. Dari membaca buku di perpustakaan, Kwamba mendapatkan inspirasi dan kemudian membuatnya begitu bersemangat untuk membangun pembangkit listrik tenaga kincir angin di rumahnya.  

Awal mula membangun kincir angin ini, orang - orang di sekitarnya menyebut ia misala (gila), bahkan ada yang menganggap kincir angin itu sebagai menara sihir, hanya Gilbert dan Geoffrey, sahabat yang dengan setia membantu secara finansial dan tenaga untuk proyek yang disebut Kwamba sebagai "angin listrik". 
Singkat cerita, akhirnya kincir angin itu berhasil dibangun dan mampu menghasilkan listrik dan menerangi rumahnya, sesuatu yang sangat langka di desanya. Hanya rumah orang - orang kaya, dengan jumlah sedikit,  yang memiliki listrik dan itu pun sering mengalami pemadaman dan bertarif sangat mahal. 

Karena "angin listrik" yang diciptakannya, pada awal november 2006, seorang Dr. Mchazime dari Malawi Teacher Training Activity (MTTA), tertarik untuk mempublikasikan "angin listrik" dengan mengundang sejumlah wartawan ke rumah Kwamba. Sejak itu, Kwamba dan "angin listrik"-nya dikenal banyak orang, tidak hanya di Malawi tetapi juga hingga ke mancanegara. Hal inilah yang menjadikan Kwamba beberapa kali diundang ke luar negeri untuk mempresentasikan karyanya, termasuk juga ia kemudian mendapatkan bantuan untuk mengembangkan kincir anginnya tidak hanya untuk pembangkit listrik, tetapi juga untuk irigasi. 

Dan akhirnya berkah dari karyanya itu juga mengantarkan Kwamba mendapatkan beasiswa di African Leadership Academy - Afrika Selatan. Sekolah ini berisi murid - murid dari 53 negara - negara Afrika yang memiliki misi untuk mendidik calon - calon pemimpin Afrika di masa depan.

Atas semua kesuksesannya Kwamba berpesan dalam buku ini " Kalau kau ingin berhasil mewujudkannya, yang harus kau lakukan adalah berusaha......", ia juga mengutip perkataan Martin Luther King Jr " Kalau kau tidak bisa terbang, larilah; jika kau tidak bisa lari, berjalanlah; kalau kau tidak bisa berjalan, merangkaklah.."...

Tonga !!!