Thursday, January 26, 2006

Lingkaran - Lingkaran Cinta

Udara dingin menggigit, hujan menderas, tak menyurutkan langkahku malam
itu.Wajah-wajah penuh harap saudaraku terus membayang di pelupuk mata,
membuat badan yang sedari kemarin meriang tak lagi kurasa.

Dan segala puji syukur atas anugerah cinta-Nya,wajah-wajah penuh harap itu
berganti dengan guratan bahagia saat diri ini muncul di kontrakkan mereka.
Tak menunggu lama bagi mereka memainkan peran menerjemahkan cinta,ada yang
menggelar kain sprei kasurnya "sekedar" untuk mengurangi rasa menggigil yang
dihasilkan dari sentuhan kulit dan ubin nan dingin, ada yang memasak air
"sekedar" untuk minuman penghangat tubuh, dan ada yang mengajak ngobrol
sembari sesekali terdengar gelak suara kami yang sedikit mengubah wajah
pucatku akibat rasa sakit yang sulit untuk disembunyikan.

Kemudian lingkaran-lingkaran cinta itu pun memulai aktivitasnya,dimulai
dengan menyebut asma-Nya, mentadaburi ayat-ayat qauliyah dan kauniyah Sang
Maha Pencipta, segala hal yang membuat kami tersungkur dan berkali-kali
berucap lirih "astaghfirulloh" atas segala kealpaan dan kedhoifan kami di
hadapan-Nya, hingga aktivitas itu pun "berakhir" dengan sebuah azzam untuk
menjadi muslim yang lebih baik dari masa ke masa.

"Saudara-saudaraku lebih aku cintai daripada keluarga dan
anak-anakku.Keluargaku mengingatkanku dengan dunia, sedangkan
saudara-saudaraku mengingatkanku dengan akhirat", begitu pesan Imam Hasan al
Bashri.

"Akhi ta'aal nu'minu saa'ah....saudaraku, mari sejenak beriman" ajak Ibnu
Rawahah radhiallahu anhuma kepada sahabatnya Abu Darda radhiallahu anhuma.

"Jika aku merasakan kesesatan hati,maka aku segera pergi dan melihat wajah
Muhammad bin Wasi'"ungkap seorang salaf.

Subhanalloh, betapa nikmat majelis dan pertemanan orang-orang sholeh.
Majelis yang menjadi refleksi keimanan kita, majelis iman dan cinta yang
menguatkan kita untuk bertahan di jalan yang penuh onak dan duri dalam
ikhtiar kita untuk mencintai-Nya.

Subhanalloh, adalah lingkaran - lingkaran cinta itu yang menjadi wasilah
untuk mengendapkan hati dan menghentikan kita menjadi pejalan-pejalan
tradisi dalam segala aktivitas peribadatan kita.

Sekalipun berat beban yang kita rasakan dalam kafilah dakwah ini,dan kita
harus mengarungi lautan cobaan kehidupan yang sejatinya adalah bentuk kasih
dan cinta ALLOH SWT, adalah satu keniscayaan untuk meyakini bahwa
lingkaran-lingkaran cinta itu menyediakan energi-energi baru sebagai penguat
langkah - langkah ini.

Adakah kenikmatan dalam lingkaran-lingkaran cinta itu kita rasakan seperti
yang disampaikan sahabat Umar bin Khattab radhiallahu anhuma "Tidak ada
nikmat kebaikan yang ALLOH berikan setelah Islam, selain saudara yang
sholih.Maka jika salahseorang kalian merasakan kecintaan dari saudaranya,
peganglah kuat-kuat persaudaraan dengannya".

Masihkah hati ini tergetar saat saudara kita berucap "Aku mencintaimu karena
ALLOH ....." hingga kita pun menggumamkan doa Rabittha sebagai rasa syukur
kita kepada-Nya.

wallahu'alam bishowab





Sukolilo yang sedang menggigil, Desember'05

0 Comments:

Post a Comment

<< Home