Tuesday, January 03, 2006

Sedang Tuhan pun Cemburu

” Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah
amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal) ” ( Al Baqoroh : 165 ).

Sedang Alloh pun cemburu saat diri ini meng-illah-kan selain Diri-Nya, karena hakikat penciptaan alam raya adalah mahabbah-Nya, bahwa segala kebesaran yang Dia miliki membuat-Nya layak untuk mengenakan ” kesombongan” ( baca : otoritas penuh mengatur alam semesta ) sebagai pakaian-Nya. Cinta-Nya bersenyawa dengan tihta-Nya Yang Maha Agung ” Kun Fa Yakun ......” hingga akhirnya cinta itu mengejahwanta dalam kesempurnaan alam beserta isinya. Dan di antara ciptaan-Nya manusia terpilih menjadi makhluk - meminjam istilah Ustadz Abdullah Shahab- dengan segala potensi – potensinya bukan ”paket” seperti halnya makhluk-Nya yang lain, yang menjadikan manusia menyandang predikat makhluk-Nya yang terbaik. Kemudian pada diri manusia, cinta rabbani itu telah disediakan wadahnya yang bernama qolbu. Ketika cinta rabbani itu menjadi raja atas qolbu itu maka sejarah akan menorehkan dengan tinta emas bagi peradaban di alam semesta ini, bahwa setiap sudut ruang dan waktu dari peradaban manusia akan melahirkan seorang pahlawan. Berbeda halnya ketika singgasana hati itu telah dikuasai oleh syaitan maka yang terjadi adalah genangan airmata bumi karena meratapi nasibnya yang telah melahirkan para durjana.
Susahnya menjaga hati
sedangkan ia adalah pandangan Tuhan
Ia merupakan wadah rebutan diantara malaikat dan syaitan
masing-masing ingin mengisi
Malaikat dengan hidayah, syaitan dengan kekufuran
Bila tiada hidayah ilmupun tidak menjamin
Sekalipun ia perlu
Aduh susahnya menjaga hati
Patutlah ia dikatakan raja diri
Bukankah sifat sombong pakaian raja?
Abuya Syeikh Imam Ashari Muhammad At-Tirmizi
15 Muharram 1426 H
Bahwa kemudian dalam jenak- jenak dimana cinta – Nya bermanifestasi dalam setiap gerak langkah ini - yang menggerakkan kita untuk membalas cinta Sang Kekasih- menjadikan pembalasan cinta itu tidak lagi perlu untuk didefinisikan dengan untaian – untaian kata, persamaan empirik, matematik, atau deskripsi panjang lainnya.

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

1989
Sapardi Djoko Damono

Jadi pada kondisi ini cinta kita kepada-Nya tidak lagi dikotak –kotakkan dalam porsi-porsi atau takaran manusia yang terkadang atau bahkan tidak akan pernah sesuai dengan ”timbangan” sebenarnya dalam mencintai-Nya karena syahwat yang senantiasa tidak akan pernah lekang olehnya. Dengan Cinta-Nya kita memandang segala isi dunia ini ; kepada ibu – bapak, anak istri, harta , jabatan, dan seabreg nilai materialistik lainnya.
Semua itu karena tidak ada yang lebih menghinakan dari kenistaan pengkhianatan kepada Sang Maha pecinta, tidak ada yang lebih menyedihkan dari kesedihan menyaksikan wajah Sang Kekasih yang Murka....... Astaghfirulloh .......


Aku menyimak malam bertutur tentang cinta
Cinta adalah….
Keistiqomahan
bulan mempertontonkan parasnya
Sang bayu yang menjadi kurir untuk doa-doa insan kepada Tuhannya
Bintang yang membedaki langit
Sujud takdim rerumputan
Dan Cinta adalah….
Isak hamba yang alpa dan
Berbisik lirih Astaghfirullah…..

Dini Hari, sekpa 11 Juni’05

0 Comments:

Post a Comment

<< Home