Monday, January 02, 2006

Nol Kilometer

Kembali ke fitroh dan menjadi seorang pahlawan, mungkin itu kalimat yang tepat untuk momentum saat ini setelah hampir satu bulan kepribadian kita ditempa dalam candradimuka yang bernama ramadhan. Bahwa kemudian yang diharapkan dari proses penempaan itu adalah sesuai dengan firman-Nya di surat Al baqoroh ayat 183 yakni menjadi muttaqin, dan spektrum dari ketaqwaan itu sendiri salah satunya yakni munculnya jiwa kepahlawanan pada diri ini.
Sebuah tabiat jaman bahwa seorang pahlawan selalu muncul dari lorong - lorong gelap jaman, keterhimpitan, dan tirani yang pada semua kondisi itu ia bertiwikarma ( mengumpulkan tenaga ) untuk kemudian pada suatu waktu potensi kepahlawan itu akan meledak dan sejarah akan mencatatnya dengan tinta emas. Akan tetapi, sejatinya proses menjadi pahlawan sendiri tidaklah mudah, ada serat - serat visi,cinta, keberanian, kesabaran dan keikhlasan untuk berkorban yang harus dirajut sedemikian rupa hingga menghasilkan sulaman sejarah keemasan peradaban.
Dan dalam momentum yang pekat dengan "suasana" kefitrohan ini, seyogyanya kita "men-suryakanta-i" potensi-potensi kepahlawanan itu di dalam refleksi sejarah hidup ini. Karena untuk memperoleh gelar "shummun bukmun 'umyun", manusia sebenarnya cukup hanya enggan bercermin, ogah berkaca. Berkaca terhadap apa?terhadap banyak hal. Peristiwa masa lalu? ya! kesalahan -kesalahan masa lalu? ya! kedunguan-kedunguan masa lalu?
Kenapa mesti masa lalu? bagaimana dengan 'kini' dan 'saat sekarang'?
Karena apa yang di sebut 'masa kini' adalah sebenarnya hanya berlaku dalam sepersekian detik, sekon bahkan tidak ada sama sekali. Dus, apa yang kita sebut sebagai jadid ( baru ) sebenarnya amat sangat cepat menjelma menjadi 'qadim ( lama ).
Hingga refleksi kepahlawanan itu pun mengejahwanta dalam kerja -kerja manusiawi di setiap palagan, medan, ruang dan waktu kehidupan kita, tanpa sedikit pun memberikan bilik; keinginan akan sorak sorai dan riuh rendah tepuk penonton. Betapa pun ia harus sendirian untuk bergulat, berjibaku dengan tiran - tiran jaman.

menyerahlah untuk setiap diri yang kalah
futurlah bagi jiwa yang lelah
andaikan semuanya bersepakat
untuk berhenti mengusung kemuliaan ini
maka biarkan aku di sini
bersama cinta Rabb-ku
hingga kemenangan berhasil kurengkuh
atau kesyahidan memuliakanku .....



Sukolilo, November'05
@-one

0 Comments:

Post a Comment

<< Home