Friday, April 28, 2006

Tanya , Kenapa?!!!

Socrates mati karena dia terlalu banyak bertanya " kenapa?", bahwasanya pertanyaan " kenapa? " atau yang serupa dengannya selalu tidak dikehendaki para pemilik otoritas kemapanan suatu sistem. Budaya carangan, punk, kontra-mainstream, selalu menjadi sesuatu yang menjijikan bagi para pejalan tradisi, pertanyaan "kenapa?" selalu dijadikan kambing hitam para tiran sebagai penyebab instabilitas sistem maka patut kiranya menurut mereka segala hal yang melawan arus untuk dilenyapkan, pertanyaan "kenapa?" selalu ditengarai merobek-robek kesunyian - karena kebisuan untuk berkata " tidak " - yang menimbulkan arus perlawanan, perubahan. Betapa pun memang pada konteks tertentu pertanyaan " kenapa ? " harus menyadari "maqom-nya", sadar dengan batas-batasnya.

Patut kiranya kita bertanya: kenapa harus ada tangis sementara pada saat yang sama ada orang yang tergelak?, kenapa harus ada rasa sakit sementara di waktu yang bersamaan ada orang orang yang puas - tanpa bersalah - telah melukainya?, kenapa ada kelaparan sementara di sekelingnya pemilik perut tambun berseliweran?.

Salah Tuhan? tentunya bukan, karena pada prinsipnya mekanisme untuk memilih antara kebaikan dan kebatilan telah diberikan perangkatnya "build in" pada diri manusia. Hanya barangkali jawaban yang paling cocok adalah seperti kata Ali Jinnah : " bumi ini cukup untuk memenuhi hajat hidup semua penduduk bumi, namun tidak cukup untuk mengisi satu perut orang serakah ".Ya, adakah keserakahan pernah bisa bertemu dengan kata cukup?, adakah keserakahan pernah bergandengan tangan dengan keadilan?

Di antara sederet keserakahan itu adalah : Freeport yang memeras habis kekayaan alam bangsa-bangsa berkembang, koruptor yang menindih 60 juta rakyat miskin di Indonesia, imperialisme Amerika kepada negara - negara lawannya, Israel kepada Palestina, dan barisan panjang dibelakangnya.

Bahwa kemudian dengan bertanya " kenapa?" adalah pantang bagi kita untuk menunduk-nunduk pada para tiran, satu kata : LAWAN !!!!!!, hingga barangkali nasib kita nantinya tidak jauh berbeda dengan Socrates, tapi "minimal" kehormatan kita adalah dengan masih hidupnya hati kita.

O, April 2006

0 Comments:

Post a Comment

<< Home