Friday, March 24, 2006

Agustino, Status : Kaum Pinggiran

Dalam pergulatan sistem ekonomi yang konon menjunjung nilai - nilai kesejahteraan yang berkeadilan sosial namun sejatinya malu - malu untuk menyebut dirinya negeri kapitalistik, mungkin mereka orang - orang yang kalah, kaum dengan segala keterbatasan porsi untuk mensejahterakan diri secara materi. Dan juga dalam tataran kultur sosial tidak jarang mereka dipandang sebelah mata, dieksploitasi dalam momen -momen tertentu yang membawa jargon "pengentasan kemiskinan" hingga muncul pahlawan kambuhan bagi kaum papa, kemudian pada akhirnya rakyat jelata itu harus dipaksa untuk cukup puas menelan janji - janji selangit sebagai obat semu penderitaan yang mendera.
Hatta dengan segala keterbatasan tersebut, adalah sebuah pilihan dilematis untuk "sekedar" tidak mencuri saat perut melilit karena sedari kemarin tidak terisi sementara kaum borjuis tidak menyisakan sedikit pun remah - remah hasil pembangunan untuk mereka, pun sama sulitnya untuk tetap teguh dengan keimanan bahwa Tuhan Yang Maha Esa mencintai orang-orang yang sabar dan menjanjikan kenikmatan abadi untuk orang - orang yang istiqomah bertaqwa kepada-Nya sekalipun jalan yang harus ditempuh berdarah-darah dan ditebus dengan air mata menelaga.
Dan diantara "sedikit" kaum proletar yang berikhtiar menebus janji ALLOH SWT itu bernama Agustino. Penghuni salah satu pemukiman kumuh di Surabaya yang tetap mempertahankan kehormatan dan aqidahnya di tengah kepungan kemiskinan sekalipun iming-iming para misionaris begitu menggoda.
Karenanya, jangan engkau kenakan kacamata Nietze dengan menganggap Agustino dan barisan orang di belakangnya adalah para pecandu agama-para pengecut- yang melarikan diri dari realitas sebelum engkau melihat optimisme mereka yang begitu besar akan kenyataan esok hari atau jangan pula engkau memakai teropong para " begawan pembangunan" dengan mengatakan bahwa mereka adalah kaum pemalas sebelum engkau melihat betapa sejak fajar menyinsing hingga sang surya pulas diperaduannya mereka tertatih - tatih memungut rejeki yang di tebarkan-Nya. Apalagi untuk menghinakan mereka, karena bisa jadi mereka adalah kaum pinggiran yang mulia, orang - orang yang membumbungkan doa dari gubuk reotnya dan tiada tabir bagi ALLOH SWT untuk mengabulkannya ............

Indonesia, Maret 2006

1 Comments:

At 8:41 PM, Blogger jundihasan said...

salut bwt yg terus mempertahankan idealismenya...

 

Post a Comment

<< Home