Monday, March 13, 2006

Cinta, Waktu dan Peradaban

Di sebuah perjalanan dalam bus saat pulang ke kampung halaman, aku berkenalan dengan seorang bapak paruh baya. Setelah lama berbincang dan saling mengenalkan diri, tiba - tiba beliau bertanya : " kenal pak Munasir kan ? beliau orangnya baik.........,saya terakhir berinteraksi dengan beliau 10 tahun yang lalu.........."
Subhanalloh, betapa kebaikan seseorang akan terus dikenang, tanpa mengenal dimensi ruang dan waktu. Dan lelaki yang ditanyakan si bapak tadi, kini tak segagah dahulu, masih membayang di pelupuk mataku bagaimana lelaki itu pernah bertahun- tahun mengisi ruang hatiku dengan segala ketegasan dan sikap disiplinnya, entah sudah berapa kali teguran, jeweran sampai "pukulan sayangnya" di"hadiah"kannya untukku saat aku "ngangsu kaweruh",menampung dan meneguk dari telaga ilmu dan kewaskitaannya. Ah..... lelaki itu kini sangat ringkih, nafasnya sesekali tersengal akibat penyakit paru-parunya yang bertahun - tahun bersemayam di dalam tubuhnya. Namun jangan dikira beliau lemah, dengan kondisi yang mungkin bagi kebanyakan kaum manula lebih senang digunakan untuk menikmati masa tua dengan berleha - leha di rumah, beliau masih seperti dahulu,laiaknya aktivitas yang istiqomah dilakukan berpuluh-puluh tahun lamanya ; orang yang pertama kali datang ke masjid, membersihkan masjid, menjadi imam, menjadi khotib dan tidak jarang merangkap juga sebagai muadzin. Hatinya selalu terpaut dengan masjid sekalipun jarak dari rumahnya cukup jauh, dan betapa pun dengan aktivitasnya tersebut, cemooh, caci, pandangan sinis, ancaman sudah menjadi menu kesehariannya terutama saat-saat awal beliau merintis dakwah di desaku.
Tidak bisa dibayangkan betapa berat perjuangan yang beliau lakukan,sampai suatu waktu aku pernah sedikit "mencicipinya", saat mencoba dengan kemampuanku beramar ma'ruf nahy munkar di desaku, dan tantangannya sungguh luar biasa, nyawa taruhannya, subhanalloh.....
Jika kini kondisi desaku lebih baik ,adalah jasa beliau yang dengan cinta dan rasa sabar memberikan keteladanannya hingga akhirnya bisa mengubah pola pikir dan perilaku warga desaku; masjid mulai "ramai", kualitas hidup masyarakat juga mulai meningkat, sekalipun memang harus diakui "pekerjaan" itu belum selesai, karena tantangan dan musuh-musuh dakwah masih senantiasa mengintai,apalagi saat ini kondisi beliau sudah tidak seperti dahulu.
Dari beliau aku belajar banyak hal ; cinta kepada umat, kesabaran, kearifan, keteguhan, dan juga yang tidak kalah penting adalah mengisi setiap detik kehidupan kita untuk kemaslahatan umat, hingga di penghujung usia, "biografi" kita tidak hanya dicatat dengan tiga baris kata ; nama, tanggal lahir, tanggal wafat.
astaghfirulloh....astaghfirulloh....astaghfirulloh...

ITS, Maret 2006

1 Comments:

At 6:50 AM, Anonymous Anonymous said...

subhanallah, selamat kata2x dan rasa yg anda bawakan dalam tulisan....uh begitu indah...
semoga 4JJ1 memberi kemudahan dan keikhlasan....Amien

 

Post a Comment

<< Home