Tuesday, August 07, 2007

Mitos

Prinsip dasar metode ilmu pengetahuan sejatinya (hanyalah) lingkaran berupa pendefinisian, klasifikasi, memformulasikan, untuk kemudian muncul kesimpulan - kesimpulan.

Dan dari keseluruhan fenomena di alam semesta yang melingkupi manusia, tidak seluruhnya bisa terdefinisikan, apalagi bisa dikotomikan untuk setelahnya dibuat sebuah postulat.

Namun fenomena yang masuk dalam "black box" itu sendiri bukan serta merta manusia tidak memiliki keyakinan akan hal tersebut.

Betapa banyak keyakinan kita adalah sebuah mitos, bahkan konon sebuah fenomena yang sudah berlabel "ilmiah" pun tidak terbebas dari wilayah"blank out".

Engkau boleh tidak percaya, namun cobalah engkau bertanya kepada orang paling pintar di dunia ini,berapa nilai dari sebuah angka ( bukan nol ) dibagi nol? dan jika jawabnya adalah bilangan tak hingga, maka kemudian tanyakan sekali lagi apakah mereka meyakini bilangan tak hingga ada? maka pasti jawabnya adalah :"ada".

Tapi kemudian mintalah mereka untuk memvisualisasikan berapa angka tak hingga, jika mereka kemudian garuk-garuk kepala, tidak ada yang salah dengan IQ mereka, hal ini hanya merupakan bukti mereka masih menyadari maqom-nya sebagai "manusia".

Ruang paling logis di otak kita, masih menyediakan apa yang disebut sebagai keimanan,sesuatu yang kemudian tidak lagi menuntut pengalaman empirik.

Tidak perlu gagap, rasanya adalah pilihan yang paling bijak, dengan memahami bahwasanya inderawi manusia begitu terbatasi oleh dimensi ruangdan waktu.

Manusia hanya menangkap dan membuat presepsi-presepsi berdasarkan sisi kognitif dan afeksi semata, cukup.

Dan pengetahuan bukanlah segalanya,jika motivasi darinya hanya untuk melegitimasi atau men-delegitimasi sesuatu tanpa sebuah kesadaran, pun juga jika keyakinan yang tidak akur dengan pengetahuan akan menjadi seperti perkataan seorang cendikia : " seperti berjalan di jalan setapak,semakin sering dilewati, maka semakin membersitkan keyakinan".

Anda tahu kawan? patut kita curiga jangan-jangan sikap "legowo" barisan orang-orang yang tertindas di setiap sudut bumi ini, adalah keyakinan yang berurat bahwa mereka adalah entitas independent dan korban relasi"sebab-akibat" interaksi personal mereka dengan alam, bukan sebuahkonstruksi sosial yang disengaja, yang menjadikan setiap penindasan itu begitu nampak suci......

Konyolnya, bisa jadi kita adalah barisan penindas itu, intelektual yang tidak menjadi penjaga gawang perubahan dan pembawa obor api kebajikan namun terlalu sibuk dengan isi perut sendiri....



Surabaya, pukul 02.05 dini hari,Agustus'07

1 Comments:

At 2:27 AM, Blogger Indra Fathiana said...

wuhh..
tetep dalem.
awan banget deh..
hehe.
SMANGAT!

 

Post a Comment

<< Home